Setelah beberapa kali ikut acara halal bihalal, dlm rangka prosesi lebaran, saya kok jadi merasa kehilangan esensi 'MAAF'. Salah saya juga sih...ikut diacara maaf memaafkan ditempat dimana saya tidak punya intensitas interaksi yg cukup tinggi (untuk berbuat kesalahan, atau menyalahkan orang lain)...
Disetiap acara tersebut, kata: Mohon maaf atas segala kesalahan baik yg disengaja maupun tidak, mengalir begitu saja tanpa "greget", baik kepada yg kenal maupun yg tidak...baik kepada yg memang perlu dimintain maaf maupun tidak...sehingga yg terkesan hanya capek di tangan dan diurat muka...ha..ha..ha........!!?
Padahal saya sudah memaafkan mereka, sebelum mereka berbuat salah lho, karena saya berharap mereka juga memaafkan saya, sebelum saya berbuat kesalahan...oops
Tuesday, October 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Iya kang, kalau kita renungkan lagi, kata maaf itu mestinya keluar dari sanubari kita, bukan sekedar ucapan.
saya akan coba untuk menyentuh ini...
wah, saya sangat setuju...sudah lama saya juga pengen posting tulisan ttg esensi 'maaf'.
saya seringkali melihat anak2 kecil yang diajari ibu mereka utk mengucapkan 'maaf' utk hal-hal kecil yang sebetulnya tidak memerlukan kata maaf. misal mau numpang lewat, sebenarnya kata maaf bisa diganti dengan 'permisi' atau 'amit'..
saya mungkin termasuk salah seorang yang sulit untuk mengucap maaf, bukan karena ego atau angkuh, tapi karena kata maaf, cukup 'sakral' bagi saya... dan bermakna besar..
salam
Post a Comment